Senin, 21 Oktober 2013

Banjir dan Penyebabnya

Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat
Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.
Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang . banjir banayk terjadi di semua tempat, bahkan Ibukota Indonesia pun yaitu Jakarta tak luput dari banjir.


Lalu, apakah Banjir di Ibukota termasuk masalah sosial ? Menurut pendapat penulis masalah banjir yang terjadi khususnya di Jakarta adalah masalah sosial, dari tingkat kesadaran masyarakat yang rendah dapat juga menyebabkan banjir. Masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan ke sungai sehingga terjadi penyumbatan di hilir sungai, penebangan pohon secara terus menerus, pemukimam yang ada si sekitar sungai. inilah masalah sosial yang seharusnya bisa kita benahi bersama, dengan kesadaran dari masing-masing pihak.Sudah banyak solusi yang diutarakan salah satunya adalah pembuatan Terowongan Multi Fungsi yang akan menampung air hujan didalam penampungan bawah tanah. Semoga apapun yang akan dicanangkan bisa dijalankan sesuai dengan fungsi dan keberadaannya, sehingga banjir yang menjadi masalah sosial,bisa kita benahi dengan segera.

Penyebab Banjir:

1. Sistem Drainase yang buruk
Sistem drainase yang telah dibagun saat ini memang sangat minim, menurut pengakuan pihak terkait, sistem drainase yang ada hanya mampu mengalirkan 30% banjir yang ada. Berarti selebihnya 70% berada di permukaan dan menjadi banjir. Kalo kita tengok di luar negeri, Jepang sudah membuat gorong-gorong berukuran raksasa yang fungsinya mngalihkan air supaya tidak menggenang di permukaan tetapi masuk ke dalam tanah, sementara itu di Jakarta hanya membuat gorong-gorong berukuran 1m, jelas bukan tandingannya.

2. Alih Fungsi Lahan
Betonisasi terjadi dimana-mana, baik di hulu maupun di hilir. Di hulu pemukiman berupa vila, resort, sampai hotel menjamur. Bogor, Bandung dan daerah sekitarnya yang seharusnya menjadi daerah tangkapan dan resapan air kini berubah manjadi daerah pemukiman yang padat. Semakin sedikit daerah yang menjadi resapan air semakin banyak juga yang menjadi limpasan dan masuk ke sungai. Debit sungai yang membludak jelas tidak akan mampu ditampung dan akhirnya membuat banjir didaerah hilir yaitu Jakarta dan sekitarnya.
Tapi bukan hanya banjir dari daerah hulu, tapi juga hujan di Jakarta sendiri sudah tidak bisa lagi ditampung akibat ketiadaannya daerah resapan air. Padahal seharusnya terdapat minimal 30% dari total wilayah Jakarta, namun baru yang terealisasikan hanya kurang dari 10%.

3. Curah Hujan Tinggi
Curah hujan yang tinggi dan durasi yang panjang juga menciptakan debit air yang besar. Dengan perubahan iklim yang mencolok dibeberapa dekade terakhir menciptakan curah hujan yang ekstrim yang belum pernah diprediksi sebelumnya sehingga drainase yang dirancang sebelumnya berdasarkan curah hujan yang tidak ekstrim tidak mampu menampung debit air ekstrim.

4. Penurunan Permukaan Tanah
Pengambilan air tanah secara massif luar biasa mengakibatkan terjadinya proses konsolidasi tanah terjadi lebih cepat. Turunnya tanah akibat dari fungsi air sebagai pengisi tanah telah hilang. Hasil dari penurunan tanah 5-10cm ini menimbulkan cekungan dan membuat permukaan air laut lebih tinggi daripada permukaan tanah. Sehingga air lebih mudah menggenang meskipun hujan yang terjadi tidak besar.

5. Sampah dan Sedimentasi di sungai
Bisa dilihat dari kebiasaan buruk warga Indonesia yaitu membuang sampah pada tempatnya, tapi tempatnya adalah Sungai, selokan, got, kali sampai tanah kosong. Dan apa yang terjadi bisa ditebak, memperparah drainase yang memang sudah buruk, sudah drainase nya tidak mampu menampung ditambah sampah yang menyumbat.
Ditambah dengan kenyataan tingginya angka sedimentasi membuat daya tampung sungai menurun drastis.
Kerugian akibat banjir sudah tidak lagi bisa lagi dikalkulasikan dengan uang, karena memang berdampak sangat besar dan sangat luas. Oleh karena itu permasalahan banjir bukan lah persoalan Pemerintah saja semata-mata, tetapi permasalahan kita semua, agar kita sama-sama berjuang menghadapi dan menanggulangi banjir.

Sumber : Kaskus dan Kompas.com

Berikut saya sajikan beberapa link berita tenntang banjir:
Cara Mengatasi Banjir di Jakarta

Opini Saya:
Siapa yang tidak risau ketika banjir menjadi penghalang mereka untuk bekerja? Terlebih lagi mereka yang sudah tidak bekerja tapi kena dampak banjir? Gubernur Joko Widodo, tentunya berinisiatif untuk menanggulangi banjir tersebut. Berduyun-duyun para kontraktor beserta makelar-makelarnya mulai menawarkan option-option proyeknya yang mungkin mereka lebih mengutamakan kesuksesan tender daripada penanggulangan itu sendiri. Di sini, kita mesti berperan…
Jokowi itu terlihat “humble outside, confident inside”. Tetapi, banyak orang yang menyalahgunakan itu. Contoh, ketika Jokowi melakukan public hearing tentang pembangungan 6 ruas jalan tol. Seawam-awamnya manusia berpikir, pembangunan 6 ruas jalan tol ini bukan salah satu solusi kemacetan, tapi malah membuat kemacetan semakin menjadi.  Tapi, kenapa ada yang pro tentang itu? Nah itu tadi, banyak mereka[proyek-proyek raksasa] datang untuk menawarkan solusinya demi memenangkan tender. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat biasa harus berperan lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar