Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering)
karena volume air yang meningkat
Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu
tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.
Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan
air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap
air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba
yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air. Banjir semacam ini
disebut banjir bandang . banjir banayk terjadi di semua tempat, bahkan Ibukota
Indonesia pun yaitu Jakarta tak luput dari banjir.
Lalu, apakah Banjir di Ibukota termasuk masalah sosial ? Menurut
pendapat penulis masalah banjir yang terjadi khususnya di Jakarta adalah
masalah sosial, dari tingkat kesadaran masyarakat yang rendah dapat juga
menyebabkan banjir. Masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan ke
sungai sehingga terjadi penyumbatan di hilir sungai, penebangan pohon secara
terus menerus, pemukimam yang ada si sekitar sungai. inilah masalah sosial yang
seharusnya bisa kita benahi bersama, dengan kesadaran dari masing-masing
pihak.Sudah banyak solusi yang diutarakan salah satunya adalah pembuatan Terowongan
Multi Fungsi yang akan menampung air hujan didalam penampungan bawah tanah.
Semoga apapun yang akan dicanangkan bisa dijalankan sesuai dengan fungsi dan
keberadaannya, sehingga banjir yang menjadi masalah sosial,bisa kita benahi
dengan segera.
Penyebab Banjir:
1. Sistem Drainase yang buruk
Sistem drainase yang telah dibagun saat ini memang sangat minim,
menurut pengakuan pihak terkait, sistem drainase yang ada hanya mampu
mengalirkan 30% banjir yang ada. Berarti selebihnya 70% berada di permukaan dan
menjadi banjir. Kalo kita tengok di luar negeri, Jepang sudah membuat
gorong-gorong berukuran raksasa yang fungsinya mngalihkan air supaya tidak
menggenang di permukaan tetapi masuk ke dalam tanah, sementara itu di Jakarta
hanya membuat gorong-gorong berukuran 1m, jelas bukan tandingannya.
2. Alih Fungsi Lahan
Betonisasi terjadi dimana-mana, baik di hulu maupun di hilir. Di hulu
pemukiman berupa vila, resort, sampai hotel menjamur. Bogor, Bandung dan daerah
sekitarnya yang seharusnya menjadi daerah tangkapan dan resapan air kini
berubah manjadi daerah pemukiman yang padat. Semakin sedikit daerah yang
menjadi resapan air semakin banyak juga yang menjadi limpasan dan masuk ke
sungai. Debit sungai yang membludak jelas tidak akan mampu ditampung dan
akhirnya membuat banjir didaerah hilir yaitu Jakarta dan sekitarnya.
Tapi bukan hanya banjir dari daerah hulu, tapi juga hujan di Jakarta
sendiri sudah tidak bisa lagi ditampung akibat ketiadaannya daerah resapan air.
Padahal seharusnya terdapat minimal 30% dari total wilayah Jakarta, namun baru
yang terealisasikan hanya kurang dari 10%.
3. Curah Hujan Tinggi
Curah hujan yang tinggi dan durasi yang panjang juga menciptakan debit
air yang besar. Dengan perubahan iklim yang mencolok dibeberapa dekade terakhir
menciptakan curah hujan yang ekstrim yang belum pernah diprediksi sebelumnya
sehingga drainase yang dirancang sebelumnya berdasarkan curah hujan yang tidak
ekstrim tidak mampu menampung debit air ekstrim.
4. Penurunan Permukaan Tanah
Pengambilan air tanah secara massif luar biasa mengakibatkan terjadinya
proses konsolidasi tanah terjadi lebih cepat. Turunnya tanah akibat dari fungsi
air sebagai pengisi tanah telah hilang. Hasil dari penurunan tanah 5-10cm ini
menimbulkan cekungan dan membuat permukaan air laut lebih tinggi daripada
permukaan tanah. Sehingga air lebih mudah menggenang meskipun hujan yang
terjadi tidak besar.
5. Sampah dan Sedimentasi di sungai
Bisa dilihat dari kebiasaan buruk warga Indonesia yaitu membuang sampah
pada tempatnya, tapi tempatnya adalah Sungai, selokan, got, kali sampai tanah
kosong. Dan apa yang terjadi bisa ditebak, memperparah drainase yang memang
sudah buruk, sudah drainase nya tidak mampu menampung ditambah sampah yang
menyumbat.
Ditambah dengan kenyataan tingginya angka sedimentasi membuat daya
tampung sungai menurun drastis.
Kerugian akibat banjir sudah tidak lagi bisa lagi dikalkulasikan dengan
uang, karena memang berdampak sangat besar dan sangat luas. Oleh karena itu
permasalahan banjir bukan lah persoalan Pemerintah saja semata-mata, tetapi
permasalahan kita semua, agar kita sama-sama berjuang menghadapi dan
menanggulangi banjir.
Sumber : Kaskus dan Kompas.com
Berikut saya sajikan beberapa link berita tenntang banjir:
Cara Mengatasi Banjir di Jakarta
Opini Saya:
Siapa yang tidak risau ketika banjir menjadi penghalang mereka untuk bekerja? Terlebih lagi mereka yang sudah tidak bekerja tapi kena dampak banjir? Gubernur Joko Widodo, tentunya berinisiatif untuk menanggulangi banjir tersebut. Berduyun-duyun para kontraktor beserta makelar-makelarnya mulai menawarkan option-option proyeknya yang mungkin mereka lebih mengutamakan kesuksesan tender daripada penanggulangan itu sendiri. Di sini, kita mesti berperan…
Opini Saya:
Siapa yang tidak risau ketika banjir menjadi penghalang mereka untuk bekerja? Terlebih lagi mereka yang sudah tidak bekerja tapi kena dampak banjir? Gubernur Joko Widodo, tentunya berinisiatif untuk menanggulangi banjir tersebut. Berduyun-duyun para kontraktor beserta makelar-makelarnya mulai menawarkan option-option proyeknya yang mungkin mereka lebih mengutamakan kesuksesan tender daripada penanggulangan itu sendiri. Di sini, kita mesti berperan…
Jokowi itu
terlihat “humble outside, confident inside”. Tetapi, banyak orang yang
menyalahgunakan itu. Contoh, ketika Jokowi melakukan public hearing tentang
pembangungan 6 ruas jalan tol. Seawam-awamnya manusia berpikir, pembangunan 6
ruas jalan tol ini bukan salah satu solusi kemacetan, tapi malah membuat kemacetan
semakin menjadi. Tapi, kenapa ada yang
pro tentang itu? Nah itu tadi, banyak mereka[proyek-proyek raksasa] datang
untuk menawarkan solusinya demi memenangkan tender. Maka dari itu, kita sebagai
masyarakat biasa harus berperan lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar